FOKUS-SATPAM »
Serba Serbi
»
Kota Kayuagung, Kab. OKI Sumsel
Kota Kayuagung, Kab. OKI Sumsel
Posted by Aryabima on Senin, 26 Juni 2017 |
Serba Serbi
Sumber : Wikipedia
Kayuagung memiliki khasanah budaya yang
kuat dan kental. Suku Kayuagung yang mendiami wilayah Kota Kayuagung
dan sekitarnya selalu menjunjung tinggi adat istiadat dalam kehidupan
sehari-hari berbagai segi kehidupan seperti kelahiran bayi, pernikahan,
sampai kematian diatur dan dituntun oleh adat istiadat budaya setempat.
Midang (tradisi arak-arakan yang diiringi musik tradisional seperti
tanjidor) merupakan agenda nasional dalam kunjungan wisata lokal maupun
mancanegara yang dimiliki Kabupaten OKI khususnya. Tradisi yang telah
ada pada abad 17 yang lalu ini berawal dari adanya persyaratan keluarga
perempuan dalam menikahkan putra-putri mereka. Sang putri merupakan
keluarga dari keturunan orang terpandang pada waktu itu.
Sementara calon pengantin laki-laki berasal dari keluarga miskin yang
berkepribadian luhur. Persyaratan itu diantaranya pihak calon laki-laki
harus menyediakan semacam kereta hias yang dibentuk menyerupai naga
yang disebut dengan juli (karena nama pengantin perempuan bernama
Juliah). Kereta ini dipergunakan untuk untuk membawa kedua orang tua
calon pengantin laki-laki yang bertandang ke rumah pengantin perempuan
setelah ijab Kabul; pengantin laki-laki dan perempuan diapit oleh kedua
orang tuanya diarak keliling kampung. Berkat keluhuran budi keluarga
mempelai laki-laki, semua permintaan keluarga mempelai perempuan ini
dapat dipenuhi. Inilah asal muasal budaya Midang yang masih dilestarikan
sampai saat ini.
Midang dalam perkembangannya sesuai dengan fungsi dan hakekatnya
dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu: (1) Midang Begorok yakni
arak-arakan yang menjadi bagian prosesi pernikahan yang bersifat
besar-besaran, termasuk juga sunatan, atau pun persedekahan lainnya; (2)
Midang Bebuke (Midang Lebaran Idul Fitri) yang disebut demikian karena
dilakukan untuk memeriahkan hari Raya Idul Fitri tepatnya pada hari
ketiga dan keempat Hari Raya idul Fitri. Midang Bebuke ini disebut juga
Midang Morge Siwe (Sembilan Marga) karena diikuti oleh seluruh marga
yang ada di wilayah karesidenan. Pemerintah Daerah Kabupaten OKI
menyikapi tradisi midang sebagai warisan tradisi budaya leluhur yang
sangat mahal nilai karakteristiknya. Tradisi ini merupakan aset budaya
yang sangat diperhatikan disamping tradisi lainnya di Kabupaten OKI.
Kondisi midang sampai saat ini masih sangat lestari bahkan berkembang
menjadi wisata budaya Primadona di OKI. Midang telah menjadi nilai
tradisi budaya unik di negeri pertiwi. Saat ini midang sudah dijadikan
suatu kelengkapan karnafal Budaya di OKI yang dilaksanakan setiap
tahunnya
Tweet
Top 5 Popular of The Week
-
Kelurahan Kedaton, Kecamatan Kayuagung, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), merupakan salah satu wila...
-
Kejaksaan Negeri Kayuagung, tahun ini akan berubah nama menjadi Kejaksaan Negeri Ogan Komering Ilir (OKI). Perubahan nama ini sesuai ke...
-
Sudah 2 X dalam sebulan terjadi peristiwa kebakaran di desa kito tercinta yakni pedamaran 1 dan pedamaran 6 maka dengan ini saya menga...
-
Setiap tanggal 30 Desember kita memperingati HUT Satpam ( Satuan Pengamanan) . Kisah berdirinya Satpam di Indonesia dimulai ketika le...
-
SUDAH Sangat kental, masyarakat setempat mengakui asal muasal masyarakat Pedamaran diyakini berasal dari Suku Melayu daerah Meranjat Kabupa...
-
PT. Vidya Artha Tama adalah perusahaan jasa tenaga kerja atau sering disebut outsourcing tenaga kerja. Berdiri sejak tahun 2009 Vidya Artha...